Translate

Jumat, 05 Juli 2013

Sore Kelabu

Sore itu, Sabtu 29 Juni 2013. Saya sedang rapat evaluasi mingguan KKNM dengan para anggota kelompok di posko kami di Desa Cikancung, setelah beberapa mukaddimah dari dosen pembimbing, saya pun mulai membuka rapat. Selang beberapa menit kemudian, ringtone hp saya berbunyi. Tanda ada panggilan masuk. Di karenakan rapat sedang berlangsung dan saya juga sebagai Ketuanya, saya tidak menghiraukannya. Dan rapat pun tetap berjalan seperti semestinya. Beberapa menit kemudian hp berbunyi lagi. Dan saya kembali tidak menghiraukannya. satu jam lamanya rapat itu berlangsung. Hingga saya pun penasaran akan bunyi dering dari hp saya tadi. Disaat saya akan mengecek hp, sebuah bunyi PING!!! Tanda ada pesan dari bbm. Saya pun membaca pesan itu yang ternyata dari sepupu saya yang di Medan.

"Rul, kamu udah tau nenek meninggal?", bunyi bbm saya. Seketika saya merasa tidak percaya, waktu seakan berhenti dan seolah semua jadi gelap.

Tak lama kemudian ada sms dari papa yang mempertegas kabar tersebut. Saya semakin gundah, dan tidak tahu harus berbuat apa. Saya sedang KKN dipelosok desa, sedang Jenazah Nenek berada di Padangsidempuan.


Tidak pernah kurasakan dilema seperti ini, rasanya bagaikan ingin meledak isi dari kepalaku. Kuingin teriak, menangis, dan marah akan keadaan yang begitu sulitnya. Tapi itu semua urung kulakukan karena saya tidak mau dan memang tidak sudi kesedihanku jadi bahan publik.

Dalam kesedihanku ini, kuhanya bisa menuliskan dan menyalurkannya lewat tulisan ini. Karena saya tak mau cengeng dan harus kuat. Karena saya yakin dengan amat sangat. Ini adalah yang terbaik yang diberikan oleh Allah SWT kepada nenek. Karena ini sudah menjadi suratan takdir-Nya.

Ya Allah, berikanlah ketenangan kepada nenek saya di sisi-Mu. Berikan ia kelapangan kubur, jauhkan dari siksa-Mu. Terima semua amal baiknya. Dan ampuni semua kesalahan dan dosa-dosanya ya Rabb.

Selamat Jalan Nenekku sayang.
Surga menantimu nek.

Cikancung, 29 Juni 2013